Entah ini terjadi zaman sekarang aja atau dari dulu, kayaknya orang
yang lagi jatuh cinta itu akan ada salah satu/dua-duanya ngerasa dia
yang paling susah. Mulai dari ngerasa paling nggak dimengerti maunya,
nggak dipekain inginnya, sampe sesepele nggak dihubungin duluan. Yang
pasti, banyak yang mengeluh.
Yang menarik untuk jadi perhatian, cinta itu pada dasarnya ada untuk memperindah suasana. Sayangnya, manusia beda sama pelajaran di sekolah. Kembali lagi, urusan sama manusia memang selalu rumit. Orang yang lagi jatuh cinta sering memperumit keadaan mereka masing-masing. Saling ‘menutup’ diri memendam apa yang sebenarnya diingini, saling menyusahkan diri dengan ngasih kode-kode yang kadang cuma dimengerti sama si pengirimnya. Ribet. Rumit. Sulit.
Mungkin maksudnya bagus, biar tau segimana usahanya pihak satunya untuk meraih cinta, biar belajar memahami sang pasangan. Tetapi, kenapa kesannya jadi salah satu dari mereka begitu punya ego yang tinggi? Kesannya cuma pihak lain yang harus ngerti dia, dia nggak usah.
Kenapa nggak saling?
Kalau cinta, harusnya saling memudahkan, saling membuka jalan, saling menapaki jalan menuju satu titik bernama ‘kebersamaan’. Bukannya merasa jadi paling yang berusaha mengerti, bukan merasa jadi yang paling harus dimengerti, harusnya bukan pula merasa jadi yang paling kesulitan.
Mungkin, idealnya, kalau memang saling, sekali lagi saling sayang, akan saling mengerti. Nggak mempersulit satu sama lain. Yang cowok berusaha terus membuat dirinya lebih peka, di sisi lain sang cewek berusaha membuat dirinya jadi lebih sederhana dan lebih mudah dimengerti. Dengan begitu, semuanya akan jadi lebih indah.
Jadi, kalimat “kalau cinta, harusnya saling memudahkan” itu masih kurang. Bukan cuma kalau cinta, tapi kalau saling cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar